- Telp : 021 – 7940380 / 0813-1839-142
- pbwanita@alirsyad.or.id

- Selasa, 15 April 2025
Ber-Al-Irsyad: Sebuah Jalan Pengabdian
Sebagai seseorang yang pernah menapaki jalan perkaderan dalam tubuh Al-Irsyad, saya lebih memilih istilah ber-Al-Irsyad ketimbang sekadar berorganisasi. Ini bukan soal fanatisme, melainkan ungkapan cinta terhadap nilai-nilai yang melekat dalam ruh perjuangan Al-Irsyad. Al-Irsyad bukan sekadar organisasi, ia adalah rumah, madrasah, sekaligus medan juang.
Tentu, Al-Irsyad berbeda dengan organisasi seperti PWI yang lalu melahirkan AJI. Tapi ada pelajaran mulia dari mereka, ketika terjadi perpecahan, mereka tidak merusak atau mengambil paksa aset organisasi sebelumnya. Mereka lahir sebagai entitas baru, bukan penjarah sejarah.
Al-Irsyad Al-Islamiyyah, seperti halnya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Persis, berdiri di atas mabda', sebuah prinsip dasar yang lahir dari semangat pemahaman Islam dan perjuangan yang dicita-citakan oleh para pendirinya. Organisasi bukanlah kumpulan orang semata, melainkan ikatan cita-cita yang terstruktur menuju ridha Ilahi.
Didirikan pada hari Ahad, 15 Syawwal 1332 H (6 September 1914 M), perhimpunan ini awalnya bernama Jam’iyyah Al-Ishlah wal-Irsyad Al-‘Arabiyyah, kemudian menjadi Jam’iyyah Al-Ishlah wal-Irsyad Al-Islamiyyah disingkat menjadi Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Nama yang tak hanya berganti secara lahir, tetapi mengukuhkan misinya bagi umat.
Pendiri utamanya adalah Syaikh Ahmad Surkati, seorang ulama besar yang bergelar Al-‘Allamah, pernah menjadi mufti di Makkah, dan pengikut pemikiran reformis Syaikh Muhammad Abduh melalui murid utamanya, Syaikh Rasyid Ridha. Bersamanya, para saudagar Arab dan tokoh umat memberikan sokongan penuh, baik moril maupun materiil. Mereka tidak mencari penghidupan di Al-Irsyad, mereka justru menghidupkan Al-Irsyad dengan ilmu, harta, dan ketulusan.
Al-Irsyad adalah wadah dakwah yang memiliki warna dan sikap yang tegas. Maka, jika ada pihak yang tak lagi sejalan dengan mabda’ ini, lebih baik berbesar hati untuk undur diri dan membangun gerakan baru. Karena sebagaimana kata KH. Agus Salim: "Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat, adalah kosong belaka jika tidak diamalkan dengan jujur dan ikhlas."
Namun, harus diakui dengan jujur dan lapang dada: dalam beberapa dekade terakhir, Al-Irsyad menghadapi tantangan besar. Konflik internal—yang awalnya hanya luka kecil, seolah telah merasuk ke dalam aliran darah organisasi. Dampaknya sangat terasa: krisis ulama, krisis kader, bahkan krisis arah. Seolah Al-Irsyad kehilangan ruhul jihad-nya dalam melahirkan pemimpin-pemimpin umat.
Kini, tantangan kita bukan sekadar bertahan, melainkan menghidupkan kembali nyala itu. Niat ber-Al-Irsyad haruslah dilandasi dengan semangat menghidupkan syiar Islam melalui jalur pendidikan, dakwah, dan sosial. Jagalah mabda’ dan aset-aset organisasi ini dengan amanah dan integritas.
Sejarah telah mencatat bagaimana Irsyadiyyin Pekalongan dengan gagah berani menyelamatkan aset RS Al-Irsyad Siti Khadijah. Bersatunya hati dan soliditas menjadi kunci. Maka kejayaan Al-Irsyad bukan mimpi. Ia hanya menanti kita untuk kembali pada semangat pengorbanan para pendiri, yang tidak mendua, tidak membagi loyalitas, mereka hanya punya satu rumah: Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Dengan bersatunya seluruh unsur, dari pusat hingga cabang, dari senior hingga kader muda, dan terbangunnya soliditas yang kokoh, kejayaan Al-Irsyad, insyaallah, bukan sekadar harapan, melainkan tujuan yang dapat kembali diraih.
Kita harus meneladani kekuatan perjuangan dan ketulusan pengorbanan para pendiri Al-Irsyad. Mereka bukan hanya membangun organisasi ini dengan ilmu dan harta mereka, tetapi juga dengan hati yang penuh keikhlasan. Tidak satu pun dari mereka yang mendirikan organisasi yayasan baru, akan tetapi disisi lain mendirikan lembaga pendidikan atau Masjid baru, tidak pula membagi loyalitas pada yayasan atau lembaga lain. Sumber daya yang mereka miliki, baik tenaga, waktu, pikiran, maupun kekayaan, semuanya diabdikan untuk membesarkan Al-Irsyad.
Mereka tidak hidup dari Al-Irsyad; justru merekalah yang menghidupkan Al-Irsyad.
Akhir Kata,
Undzur ma qola wala tandzur man qola
Lihatlah apa yang dikatakan, jangan hanya siapa yang mengatakan.
Awod Maretan
Pekalongan, 15 April 2025